Rabu, 25 April 2012

Malayan Trip : Malacca - KL - Genting

 Sekedar perkenalan dulu, ini adalah trip kedua gw keluar negeri, yang pertama ke Singapura ( bisa dilihat di postingan gw dibawah nya ) gw berangkat bersama kedua orangtua gw hehehe. Kita disana 5 hari, dari tanggal 21 April sampai tanggal 25 April. Kesana menggunakan Garuda Indonesia, mau pakai Air Asia harganya nggak jauh beda soalnya ( mendaratnya di KLIA deh :D ). Nge booking 2 hotel, untuk Melaka 1 malam, Hotel Seri Costa, dan untuk KL 3 malam, Radius International Hotel. oke langsung aja...

Day 1, 21st April 2012
Pagi pagi hari Sabtu udah bangun, bangunnya juga kayak mau masuk ke sekolah jam setengah 5. Bedanya ini bangun dengan ceria dan berseri seri, bukan dengan muka kusut dan suram seperti biasanya. Udah packing dan sarapan, kita langsung ke bandara Soekarno Hatta. Di bandara, check in, imigrasi, dll beres gak ada hambatan yang super-ribet, dan gak ngaret. Pesawat ke KL membutuhkan waktu 1 jam 38 menit, dengan waktu KL sama dengan WITA, artinya disana satu jam lebih cepat dari Jakarta. Akhirnya tiba di KLIA waktu 12.00 waktu setempat. Assalamualaikum Malaysia ! :) Setelah keluar pesawat, sambil berjalan gw memperhatikan bandaranya. Rapi, bersih, dan modern, Soekarno-Hatta pastinya kalah. Karena dari KLIA ini mau langsung ke Melaka, jadi agak lama di bandara soalnya masih bingung sama transportasinya kesana. Airport KLIA mempunyai 2 gedung terpisah, satu gedung belakang untuk boarding room dan satunya lagi di depan untuk check-in, imigrasi, pintu keluar ,dsb. Untuk menuju ke gedung depan kita naik Aerotrain yang menghubungkan keduanya. Di gedung depan, ibu gw beli sim card dulu-belinya yang Maxis paket internet BB.


Di imigrasi juga gak ngantri, tinggal maju-cap-selesai, lalu keluar dengan muka bingung. Bingung kenapa ? mau ke Melaka naik apa...kita tanya orang orang sekeliling, untuk naik bus ke Melaka harus ke LCCT dulu naik Aiport Liner seharga RM 2.5. Perjalanan ke LCCT membutuhkan waktu 20 menit. Klo di KLIA itu sepi dan tentram, di LCCT ramai dan sibuk-buk-buk!.Untuk ke Melaka harus naik Transnasional dari LCCT, so kita beli tiket busnya seharga RM 22/adult yang jam 14.00. Ibu gw beli McD untuk makan siang, sedangkan gw ke ruang tunggu bus dimana ayah gw menunggu.
Akhirnya bus yang akan dinaiki sampai di LCCT, masukin bagasi, dan naik. Perjalanan ke Melaka membutuhkan waktu 2 jam lebih. Sampai di Melaka Sentral jam 16.00, makan dulu di restoran Chinese halal lalu ke kota dengan taksi. Hmm...taksinya gak ada yang berargo, ya sudahlah dinaiki saja. Kami naik taksi seharga RM 20 dan selama perjalanan supir taksinya dengan bangga menjelaskan keunggulan dan kemajuan Melaka, katanya 1 hari aja gak cukup untuk menjelajahi Melaka sambil dijelaskan cara hidup dan sejarah Melaka, akhirnya sampai di hotel dan check in. Habis itu istirahat sebentar, salat, dan mandi, jam 18.00 kita mulai keluar mengunjungi places of interest nya Melaka. tempat tempatnya dekat dan bernilai sejarah tinggi karena dibangun rata rata pada abad 15 - 18.


Menara Taming Sari. Revolving tower setinggi 80 km ini berputar pelan ke atas selama 7 menit. Tiket atraksinya adalah RM 20/adult. Sebelum mengantri untuk naik, kita diharuskan berfoto terlebih dahulu di depan gambar pemandangan Melaka pada malam hari, terserah mau diambil atau tidak fotonya nanti, kalau diambil harus bayar. Kita nolak foto di depan gambar pemandangan Melaka karena pake "pemandangan sendiri" lebih heroik dan berarti hehe. Karena waktu naik gak sebanding ama harganya, maka pas naik kita sibuk foto foto pemandangan, mulai dari downtown, selat Malaka, dsb. yang lain sih gak sibuk foto segitunya soalnya yang naik waktu itu rata-rata orang lokal. 7 menit cepat sekali berlalu, kita pun turun dan menuju tempat berikutnya.

Gw dan Menara

Melaka Skyline beserta Selat Malaka

Sepanjang perjalanan berseliweran becak becak yang dihias nyentrik diiringi lagu. Bukan hanya lagu daerah sana, tapi lagu lagu zaman sekarang mulai dari lagu Indonesia sampai Western. Setelah berjalan terlihat sisa dari gerbang benteng yang tua. Porta De Santiago dibangun oleh Portugis pada tahun 1511 pastinya dibangun untuk mempertahankan eksistensinya di Melaka. Ketika memasuki sisa benteng yang kecil ini mulai tercium bau pesing, persis seperti bau pesing dekat sungai di Kota Tua Jakarta.

Gerbang benteng dari belakang
Nggak pake lama kita langsung naik bukit ke atasnya sembari berfoto foto. Di atas terlihat pula sisa bangunan peninggalan zaman kolonial yang hampir hancur. St. Paul Church adalah bekas gereja Katolik yang dibangun pada masa Portugis, lalu pada masa Belanda dijadikan gereja Protestan, dan pada masa British dijadikan gudang amunisi. Gereja yang sudah tak beratap ini tersimpan tombstones ( kalau gak salah ya :D ) peninggalan VOC. Di depan gereja terdapat menara lonceng yang tidak terlihat kuno dan patung St. Francis Xavier. Disitu juga kita menikmati angin sejuk Malaka dan sunset yang indah.

Patung St. Francis Xavier, perhatiin deh tangan kanannya

Ruins of St. Paul beserta menara lonceng

Kita pun turun dari bukit dengan rute yang berbeda untuk menuju Dutch Square. Di Dutch Square ini terdapat Stadhuys, Christ Church, Victoria Fountain, dan Tan Ben Swee Clock Tower. Christ Church dan Stadhuys adalah bangunan peninggalan Belanda yang dicat merah. Christ Church merupakan gereja Protestan pertama di Malaysia, sedangkan Stadhuys adalah balai kota pada zaman Belanda yang sekarang dijadikan museum. Kalau di kita Stadhuys itu museum Fatahillah. Di sana ramai banget sama turis-turis dan didepan Stadhuys dijadikan tempat jualan souvenir sekaligus tempat mangkal becak.

Christ Church saat senja

Malam sudah tiba, kita menuju atraksi berikutnya yaitu Melaka River Cruise. Harganya 15 RM/adult, sementara untuk warga Malaysia dikenai RM 10/adult. . Ternyata Melaka River dan bangunan sekitarnya kalau pas malam hari lebih indah ! Perjalanan 45 menit sepanjang 9 KM itu dihabiskan dengan berfoto foto Sungai Melaka dan bangunan sekitarnya. Kita melewati rumah-rumah Peranakan, kampung Melayu, St. Francis Xavier Church, Melaka River Pirate Park, dsb. Ombak sungainya lumayan deras, jadi muncrat ke kapal kadang kadang. Setelah 9 KM dijelajahi, kita balik lagi menuju jetty. Jembatan jembatannya juga diberi nama walaupun kecil, kayak Jembatan Kg. Jawa, Hang Tuah, dsb. Selama perjalanan balik dilengkapi pula dengan audio guide berbahasa Melayu dan Inggris. Jadi pas perjalanan balik ini sang pengemudi harus mengemudikan perahu sesuai dengan audio guide nya karena audio guide ini menjelaskan tentang bangunan-bangunan di sebelah sungai agar keterangan yang dijelaskan audio guide nya pas sama bangunan-bangunan yang sedang dilewati.
Sedang ber-cruising di malam hari ^^
Salah satu jembatan yang diberi nama


Habis turun dari perahu, kita langsung menuju Jonker Street. Ini adalah chinatown nya Melaka. Waktu itu lagi malam minggu, jadi ada pasar malam. Di depan Jonker Street dipasang balon naga, padahal Imlek udah jauh lewat. Disana pasar malam nya ya kayak di Indonesia, jual macam macam, mulai dari makanan, aksesori, pakaian, souvenir, dsb. Bangunannya bergaya shophouse Peranakan.
Tak jauh dari Jonker Street, ada sebuah masjid yang cukup menarik perhatian. Ternyata itu adalah Masjid Kampung Kling, dibangun pada abad 18. Yang unik lagi apa ya...bentar gw lihat buku panduannya dulu. Minaretnya terinspirasi dari arsitektur Hindu Jawa, serta unsur yang lain juga terinspirasi dari gaya gaya arsitektur luar. Habis itu kita ke sebuah taman di Jonker Street, lumayan ramai sama pengunjung.

Masjidnya ngingetin ama yang di Jawa yaah ?

Karena udah gempor dan ngantuk, kita langsung balik ke hotel. Sebelumnya makan malam dulu di food court di dekat hotel. Makannya rendang, Idiih rendangnya kebanyakan gajih pula, jadi makannya dikit nih. Udah ah tidur dulu...






1 komentar:

  1. puncak mau ke St.paul church itu terjal gak? atau sulit dilewati?

    BalasHapus